Qunut subuh

#TANYA QUNUT SHUBUH#

Beberapa pekan lalu, pada kajian Kitab Fathul Baari Syarh Shahih Bukhari oleh Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat hafizhahullah Ta’aala, seseorang bertanya kepada beliau secara tertulis:

Pertanyaan:
Ustadz, saya berada di belakang Imam yang selalu qunut setiap shalat shubuh, dan mengangkat tangan. Apa yang harus kami lakukan ? Apakah kami juga mengikutinya ?

Jawab:
Soal ini, dikembalikan kepada si penanya, apakah qunut shubuh itu Sunnah** atau bukan ?

Jika ia anggap Sunnah, hendaknya ia ikuti. Jika ia memahami itu bukan Sunnah, hendaknya tidak ia ikuti.

Hadits, bahwa “… Dijadikan Imam itu untuk diikuti…,” adalah untuk perkara yang Sunnah. Jika tidak, maka kita tidak wajib mengikutinya.

Sebagaimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ” Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.”

Lalu Ustadz memperagakan cara takbir yang menyelisihi Sunnah, dan beliau bertanya, apakah kita akan mengikuti amalan yang menyelisihi Sunnah tsb ?

Wallahu Ta’aala a’lam.

Tambahan faidah, bisa dilihat kembali tulisan Ustadz Abu Ibrohim di Majalah Al-Furqon, tentang hal ini.

Beliau bawakan sejumlah hadits-hadits shahih yang menjelaskan bahwa qunut shubuh itu tidak ada sunnahnya.

Dan pernah pula dijelaskan oleh Ustadz Abdul Hakim maupun Ustadz Yazid atas soal serupa, mereka sepakat, bahwa tidak mengangkat tangan, apabila berada di belakang Imam yang qunut shubuh dan mengangkat tangan.

Kesimpulan lain yang pernah dijelaskan Ustadz Abdul Hakim pada soal serupa, tidak ada istilah qunut shubuh, sebagai amalan Sunnah. Karna yang dibaca oleh Imam-imam tsb sebenarnya adalah do’a qunut witir yang sunnahnya dibaca pada saat shalat witir.

Sedangkan yang ada riwayatnya adalah qunut nazilah, dan qunut ini redaksinya langsung disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Pemimpin kaum Muslimin saat itu.

Dan, untuk memperkuat amalan kita, kembali kita renungkan, dan tanamkan, hadits yang diulang-ulang oleh para ‘Ulama, ketika membuka Majlisnya… “Sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah… dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam…”

Dan satu kaidah penting juga yang mesti tertanam di diri-diri kita, yakni amalan para Shahabat radhiyallahu ‘anhum, kaidah yang besar, yakni: “Jika sekiranya perbuatan itu baik, tentulah mereka yang lebih dahulu mengamalkannya.”

Wallahu Ta’aala a’lam.

Mudah-mudahan bermanfa’at.

Posted from WordPress for Android

Leave a comment